Jurnal

TPS3R Citepus Bandung Berhenti Beroperasi di Tengah Pandemi

14 Oktober 2023
Administrator
Dibaca 50 Kali
TPS3R Citepus Bandung Berhenti Beroperasi di Tengah Pandemi

Gedung Tempat Pembuangan Sampah Berbasis 3 R, Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Citepus Bersama di Kelurahan Pasawahan Kabupaten Bandung tampak berdiri kokoh namun sepi seperti tidak berpenghuni. Tidak ada kegiatan pengumpulan sampah ataupun pengolahan sampah seperti TPS lainnya.

Sebelumnya, lokasi berdirinya gedung tersebut menjadi tempat pembuangan sampah yang tidak terkendali ke Sungai Citarum.

Rupanya, tempat tersebut kini sudah tak beroperasi. Sejak April 2020 atau tepatnya di masa pandemi TPS3R ini sudah tidak lagi beroperasi.

Salah seorang petugas di TPS3R Citepus Bersama Siti Fatimah mengatakan, alasan kenapa gedung tersebut tidak beroperasi. Salah satunya, karena sudah tidak memiliki biaya untuk operasional.

"TPS3R sejak bulan April ini di masa pandemi corona ini sudah tidak beroperasi lagi, karena pertama tidak adanya biaya operasional untuk mengaktifkan gedung ini untuk tata kelola sampah," ujar Sifa (23) sapaan akrabnya, saat ditemui di TPS3R Citepus Bersama

TPS3R Citepus Bersama merupakan program yang diselenggarakan oleh Kementerian PUPR di tahun 2018. Program ini menghabiskan dana anggaran sekitar Rp 500 Juta.

Selain tidak adanya biaya operasional, kata Sifa, sejak beroperasi pada 2018 pengurus TPS3R Citepus Bersama tidak pernah mendapatkan pembinaan dari pihak pemerintah pusat maupun daerah.

"Kemudian kedua, tidak ada dukungan atau pun suport dari beberapa pihak untuk ikut peduli mengaktifkan gedung ini,"

"Sebelumnya pernah sekali bagaimana pemilahan sampah keluarga, setelah itu tidak ada pembinaan ke masyarakat baik itu ke masyarakat atau pun pengurus TPS3R saat ini tidak ada pembinaan (berkelanjutan) dan bantuan apapun0," keluhnya.

Akibat tidak beroperasinya TPS3R, 15 pekerja harus mencari pekerjaan lain. Padahal, sebagian pekerja tersebut sebelumnya merupakan pengangguran dan pekerja serabutan.

Sebelum penutupan gedung tersebut, TPS3R dijadikan lokasi pengolahan sejumlah warga di RW 01 dan RW 06. Sekitar 607 kartu keluarga mengandalkan tempat tersebut untuk mengolah sampah agar mengurangi sumbangan sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Dalam seharinya kita ada 8-10 gerobak per harinya. Nanti dialokasikan ada tiga jenis sampah, sampah organik, anorganik kotor dan bersih," ujarnya.

Sifa menuturkan, apabila dalam keadaan beroperasi setiap hari sampah menumpuk di TPS3R. Petugas pun pasti disibukkan dengan memilah sampah, mengolah sampah menjadi magot dan ternak ayam serta lele.

Bahkan, dalam sebulan dapat menghasilkan keuntungan sekitar Rp 2 juta. Keuntungan tersebut belum mampu menutup biaya operasional dalam satu bulan sekitar Rp 15 juta.

"Perbulannya kita di sini sekitar Rp 2-3 juta, karena kita setiap bulan gak terus di tiga atau dua kadang naik satu turun. Nah dari penghasilan itu dipakai untuk operasional seperti pemeliharaan, listrik, untuk makan pekerja, kebutuhan mereka, kesehatan, susu dan sisanya untuk upah para pekerja dari para relawan. Dan itu belum cukup, kita biasa dalam satu bulan bisa sampai Rp 15 juta,"

"Kita untuk biaya sisanya mengandalkan bantuan dari relawan untuk bayar pekerja di sini," katanya.

Seperti pantauan detikcom, area pemilahan sampah tampak kosong. Tidak terlihat sampah di dalam ruangan pemilahan. Sampah tersebut tidak diolah di TPS3R tetapi saat ini dibuang langsung ke TPA agar sampah tidak menumpuk.

"Tujuan awal kita itu ingin kurangi sampah ke TPA tapi pada akhirnya kita harus pakai metode kumpul akut buang," paparnya.

Meskipun belum menunjukkan keuntungan signifikan, TPS3R dinilai menjadi penting. Apalagi, penutupan TPS3R menandakan ketidakberlanjutannya pembinaan dan pengawasan yang mestinya dilakukan pemerintah daerah terkhusus Dinas Lingkungan Hidup baik Kabupaten Bandung maupun Provinsi Jawa Barat.

Bagikan artikel ini:
Kirim Komentar

Komentar baru terbit setelah disetujui Admin

CAPTCHA Image